Senin, 09 Januari 2017

Olahan Bandengnya Nomor Wahid

Toko Majapahit yang tak banyak berubah
SIDOARJO terkenal dengan makanan khasnya, bandeng. Semua dikarenakan tempat daerah tersebut yang dekat dengan laut.

Dibandingkan bahan olahan lain, bandeng menjadi komoditi andalan. Meski, dari laut tersebut ada beratus bahkan beribu hasil alam dari sana.

 Tak heran jika di Sidoarjo juga banyak tempat untuk mengolahnya bandeng menjadi makanan siap saji atau siap makan. Namun, di antata tempat penjual bandeng olahan,yakni Toko Majapahit.

Menu otak-otak yang jadi andalan
Dibandingkan dengan toko-toko lain di sekitarnya, Toko Majapahit mungkin kalah. Tempatnya yang sederhana bisa menjadi membuat pembeli, khususnya luar kota enggan singgah.

Namun, bagi warga Sidoarjo yang paham akan rasa dan kelezatan, mereka memilih membeli bandeng dan olahannya di Toko Majapahit. Apalagi, toko yang diambil dari nama yang sama dengan jalan di depannya tersebut sudah berdiri sejak 1973. Sehingga, dari segi pengalaman, Toko Majapahit unggul jauh dibandingkan toko-toko sejenis.

 Salah satu andalannya selain bandeng bakar adalah otak-otak bandeng. Di sini bukan berarti otak bandeng yang diolah. Tapi, dagin bandeng diolah dicampur dengan beberapa bumbu-bumbu alami.
Rasanya bisa membuat Anda ketagihan. Bandeng yang asin bisa menjadi pedas.

Dari segi harga sangat dijangkaukantong.Di Toko Majapahit, Otak-Otak Bandeng dijual dengan harga Rp 35.000. Dijamin, kalau Anda hanya membeli satu pasti kurang.

LOKASI
Toko Majapahit sesuai namanya berada di Jalan Mojopahit Sidoarjo. Dari arah Surabaya, toko ini berada di kanan jalan. Untuk menjangkaunya, Anda harus putar balik.

Sedangkan kalau dari Malang, ada di kiri. Anda bisa langsung parjir di depan toko.
 Jangan keliru dengan toko sejenis yang ada di Jalan Majapahit. Tokonya memang tak seberapa besar,namun soal rasa, khususnya masakan bandeng, Toko Majapahit bisa disebut nomor satu. (*)

Sabtu, 07 Januari 2017

Bukan Lagi Makanan Pinggiran

Ketan Legenda di Sidoarjo
Ketan yang dipadu dengan durian
BANYAK menyebut makanan ketan sudah ketinggalan zaman. Makanan ini dianggap kalah oleh makanan-makanan yang menyerbu dari Eropa, Korea, Tiongkok, ataupun Jepang.

Padahal, makanan ini merupakan makanan asli Indonesia. Bahkan, dulu menjadi makanan yang selalu disediakan di setiap rumah, khususnya di Pulau Jawa.

Namun, sekarang, ketan sudah tak bisa dianggap sebagai makanan pinggiran yang hampir punah. Kini, masyarakat mulai kembali suka akan ketan.

Buktinya, Ketan Leganda selalu diserbu para pembeli. Berawal dari Batu, kedai ini sudah menyebar ke berbagai daerah.

Selain di Surabaya, di Sidoarjo, kedai yang ada di pinggir jalan di kawasan Pagerwojo tersebut tak pernah sepi pembeli.

Menu yang disajikan semuanya lezat dengan sajian utamanya tetap ketan. Sebagai misal ketan durian. Selain ketan di sebuah piring kecil ada sebuah durian.

Minumannya pun sangat variatif. Namun, di antara semua, Anda layak menjajal teh tarik. (*)

Ke Mana pun Tetap Diburu Pembeli


Warung Kawi yang tak hanya menjual bakso
AWALNYA di 2013, jualannya di pinggir jalan. Sang penjual pun harus mendorong gerobak baksonya dari rumah yang jaraknya sekitar hampir 2 kilometer.

Setelah pelanggan mulai ramai, warung bakso tersebut mengontrak garasi mobil di sebuah rumah yang tak jauh dari tempat yang lama di kawasan Perumahan Pondok Jati, Sidoarjo. Sayang, kontrak tempat tak diperpanjang.

Terpaksa warung bakso yang diberi nama Kawi itu kembali harus hengkang. Hanya, karena pelanggan sudah banyak, lokasi baru tersebut juga tidak jauh dari dua tempat sebelumnya.

Cwimie yang membuat isinya mie dan cacahan daging ayam
Tak bisa dipungkiri, rasa bakso Kawi cukup beda dengan bakso-bakso yang ada di Sidoarjo. Rasa daging sapinya sangat terasa. Kuahnya pun cukup jernih dan tak banyak mengandung lemak.

Belum lagi cwi mie yang ada di Kawi. Cacahan daging ayamnya mampu menjadi satu dengan bakmienya yang kecil-kecil.

Kini, kalau kita ke Kawi, bukan hanya akan mendapat sajian bakso dan cwimie. Ada masakan chinesse food yang menggoda lidah.

Ada bakmi goreng, bakmie kuah, dan kwitiau pun sudah ada. Dari sisi harga, masakan di Kawi cukup buat kantong. Bahkan, tak ada ruginya jika dibandingkan dengan rasa yang diterima. (*)

Senin, 02 Januari 2017

Rasa yang Tak Pernah Berubah

Mangkok di Bakso Remaja yang isinya komplet
CARI bakso di Solo, Jawa Tengah, bukan hal yang susah. Kota Bengawan, julukan Solo, merupakan gudangnya masakan kuah dengan bulatan daging tersebut.

Namun, di antara puluhan bahkan ratusan penjual bakso, warung bakso Remaja layak dapat nilai lebih. Warung yang berada di kawasan Kartopuran tersebut menyajikan hal yang beda di dalam mangkoknya.

Pentol yang ada tak hanya isi daging, rapi juga telor puyuh. Selain itu, ada tahu putih dan gorengan di dalam mangkok. Satu mangkok lagi berisi sawi hijau yang baru saja direbus.

Menariknya, rasa Bakso Remaja tak pernah berubah. Sejak penulis mengenaknya 20 puluhan tahun yang lalu, kenikmatan dan sensasi yang ditawarkan sama.

Lokasinya pun juga. Tetap berada di perempatan Kartopuran. Padahal, tak akan susah bila pemiliknya ingin membuka cabang di tempat lain.

Soal harga tak terlalu beda jauh. Satu mangkok yang berisi banyak pentol tersebut dihargai Rp 10 ribu. (*)

Lodeh Lezat di Kawasan Lumpur

Menu kare dengan isi telor dan daging ayam
Rumah makan Bedjo-Untung di Porong, Sidoarjo
APA yang ada di benak Anda saat menyebut nama Porong? Tentu lumpur Lapindo.

Ini memang tak salah. Alasannya, daerah yang masuk wilayah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, memang banyak tergenang lumpur karena pengeboran yang dilakukan.

Namun, di Porong juga terdapat makanan atau masakan yang selalu dicari para pemburu kuliner. Apa itu? Kalau ote-ote sudah banyak dikenal.

Ada sebuah rumah makan yang punya masakan bikin ketagihan. Rumah makannya pun namanya mudah diingat, Bedjo-Untung.

Lokasinya tepat berada di depan pintu masuk Pusdik Brimob Porong. Kita hanya masuk sedikit untuk bisa sampai. Sebuah bangunan kuno dengan warna hijau akan terlihat dari gapura masuk.

Dari beberapa masakan yang ditawarkan, masakan lodeh yang paling dicari. Entah mengap. Secara kasat mata, isinya juga tak beda dengan masakan lodeh di warung-warung lain.

Ada juga kare dan rawon. Rasanya pun juga bikin ketagihan.

Hanya, soal harga, masakan di Bedjo-Untung mungkin sedikit mahal dibandingkan dengan yang lain. Di sana, tiap masakan, minimal di atas Rp 20.00. Hanya, harga tersebut seakan terbayar dengan rasa yang diberikan. (*)